Senin, 15 Juni 2009

KERAJAAN DEMAK

KERAJAAN DEMAK

1.H.J.De Graaf dan TH.Pigeaud, Kerajaan Islam pertama di Jawa, Leiden :KITLV,1974
Raja-raja Demak
Menurut cerita tradisi Mataram Jawa Timur, raja Demak yang pertama Raden Patah adalah putra raja Majapahit yang terakhir (dari zaman sebelum Islam), yang dalam legenda bernama Brawijaya. Ibu Raden Patah konon seorang putri Cina dari kerato raja Majapahit. Waktu hamil putrid itu dihadiahkan kepada seorang anak emasnya yang menjadi gubernur di Palembang. Disitulah Raden Patah lahir.
Dalam naskah cerita dan babad dari jawa Timur dan Jawa Tengah, raja Demak kedua sebagai pengganti Raden Patah disebut Pangeran Sebrang-Lor. Nama itu ternyata berasal dari daerah tempat tinggalnya di “seberang utara”. Tidak ada yang luar biasa disebut dalam babad tentangnya.
Menurut cerita Jawa Timur dan Mataram dalam serat kandha dan babad, penguasa Demak yang ketiga bernama Tranggana atau Trenggan. Ia adalah saudara sultan sebelum dia, Pangeran Sebrang-Lor; kedua-keduanya putra penguasa pertama, Raden Patah.
Ekonomi Demak
Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun untuk pertanian. Pada zaman dahulu wilayah Demak terletak diantara pegunungan Muria dan Jawa. Pada abad 16 agaknya Demak telah menjadi gudang padi dan daerah pertanian di tepian selat tsb. Hasil panen sawah di daerah Demak rupanya pada zaman dahulu pun sudah baik. Kesempatan untuk menyelenggarakan pengairan cukup. Lagi pula, persedian padi untuk kebutuhan sendiri dan untuk perdagangan masih dapat ditambah oleh para penguasa di Demak tanpa banyak susah, apabila mereka menguasai jalan penghubung di pedalaman Pengging dan Pajang.
2.Ensiklopedi nasional Indonesia,Jakarta; Delta Pamungkas,2004.
KERAJAAN DEMAK
Sebuah kerajaan bercorak Islam yang berkembang di pantai utara jawa pada abad 16, dengan Demak sebagai pusat pemerintahannya. Raja pertamanya adalah Raden Patah, anak raja Majapahit dari seorang ibu Cina. Pada masa pemerintahan Raden Patah Demak telah menjadi tempat penimbunan perdagangan padi ke seluruh pulau, terutama ke Malaka.
Raja Demak kedua, Pangeran Sebrang-Lor masa pemerintahannya tidak banyak diketahui. Ia seorang bangsawan yang ksatria, seorang raja yang tegas mengambil keputusan. Menurut catatan Tom Pires, pada masa pemerintahannya Demak memiliki angkatan laut dengan 40 kapal jung.
Baru pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, raja Demak yang ketiga kerajaan Demak mencapai masa kejayaannya. Pada masa pemerintahannya(1524-1546) Demak diproklamasikan menjadi pemerintahan kesultanan. Mesjid Demak kemudian dibangun sebagai lambing kekuasaan Islam.
Basis perekonomian kerajaan Demak adalah perdagangan, khususnya perdagangan antar pulau. Oleh karena itu Demak merupakan kerajaan maritim. Kota Demak yang merupakan pelabuhan dan pusat perdagangan yang ramai, lebih-lebih setelah pelabuhan Juana dikosongkan dan ditinggalkan Majapahit pada tahun 1513. pelabuhan-pelabuhan lain dibawah pengaruh Demak antara lain Jepara, Tuban, Sidayu, Kota Kembar, Jeratan dan Gresik.


3.http://handoyo74.files.wordpress.com/2007/09/kerajaan-demak.doc.
KERAJAAN DEMAK
Demak sebelumnya merupakan daerah yang dikenal dengan nama Bintoro atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit.
Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja Brawijaya V (Bhre Kertabumi) raja Majapahit.
Dengan berkembangnya Islam di Demak, maka Demak dapat berkembang sebagai kota dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa. Hal ini dijadikan kesempatan bagi Demak untuk melepaskan diri dengan melakukan penyerangan terhadap Majapahit.
Setelah Majapahit hancur maka Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya yaitu Raden Patah. Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. (sekarang Laut Muria sudah merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi).
Bintoro sebagai pusat kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola adalah pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang penting bagi kerajaan Demak.
Untuk menambah pemahaman Anda tentang lokasi kerajaan Demak, maka simaklah gambar 8 berikut ini.



Gambar 8. Peta Lokasi Kerajaan Demak.
Setelah Anda menyimak gambar 8 tersebut maka simaklah kembali uraian materi berikutnya tentang perkembangan kerajaan Demak dalam berbagai kehidupan.
Kehidupan Politik
Lokasi kerajaan Demak yang strategis untuk perdagangan nasional, karena menghubungkan perdagangan antara Indonesia bagian Barat dengan Indonesia bagian Timur, serta keadaan Majapahit yang sudah hancur, maka Demak berkembang sebagai kerajaan besar di pulau Jawa, dengan rajanya yang pertama yaitu Raden Patah. Ia bergelar Sultan Alam Akbar al-Fatah (1500 – 1518).
Pada masa pemerintahannya Demak memiliki peranan yang penting dalam rangka penyebaran agama Islam khususnya di pulau Jawa, karena Demak berhasil menggantikan peranan Malaka, setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis 1511.
Kehadiran Portugis di Malaka merupakan ancaman bagi Demak di pulau Jawa. Untuk mengatasi keadaan tersebut maka pada tahun 1513 Demak melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka, yang dipimpin oleh Adipati Unus atau terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor.
Serangan Demak terhadap Portugis walaupun mengalami kegagalan namun Demak tetap berusaha membendung masuknya Portugis ke pulau Jawa. Pada masa pemerintahan Adipati Unus (1518 – 1521), Demak melakukan blokade pengiriman beras ke Malaka sehingga Portugis kekurangan makanan.
Puncak kebesaran Demak terjadi pada masa pemerintahan Sultan Trenggono (1521 – 1546), karena pada masa pemerintahannya Demak memiliki daerah kekuasaan yang luas dari Jawa Barat sampai Jawa Timur.
Untuk menambah pemahaman Anda tentang kekuasaan Demak tersebut, simaklah gambar 9 peta kekuasaan Demak berikut ini.


Gambar 9. Peta Kekuasaan Demak.
Setelah Anda mengamati gambar peta kekuasaan Demak tersebut, yang perlu Anda ketahui bahwa daerah kekuasaan tersebut berhasil dikembangkan antara lain karena Sultan Trenggono melakukan penyerangan terhadap daerah-daerah kerajaan-kerajaan Hindu yang mengadakan hubungan dengan Portugis seperti Sunda Kelapa (Pajajaran) dan Blambangan.
Penyerangan terhadap Sunda Kelapa yang dikuasai oleh Pajajaran disebabkan karena adanya perjanjian antara raja Pakuan penguasa Pajajaran dengan Portugis yang diperkuat dengan pembuatan tugu peringatan yang disebut Padrao. Isi dari Padrao tersebut adalah Portugis diperbolehkan mendirikan Benteng di Sunda Kelapa dan Portugis juga akan mendapatkan rempah-rempah dari Pajajaran.
Sebelum Benteng tersebut dibangun oleh Portugis, tahun 1526 Demak mengirimkan pasukannya menyerang Sunda Kelapa, di bawah pimpinan Fatahillah. Dengan penyerangan tersebut maka tentara Portugis dapat dipukul mundur ke Teluk Jakarta.
Kemenangan gemilang Fatahillah merebut Sunda Kelapa tepat tanggal 22 Juni 1527 diperingati dengan pergantian nama menjadi Jayakarta yang berarti Kemenangan Abadi.
Sedangkan penyerangan terhadap Blambangan (Hindu) dilakukan pada tahun 1546, di mana pasukan Demak di bawah pimpinan Sultan Trenggono yang dibantu oleh Fatahillah, tetapi sebelum Blambangan berhasil direbut Sultan Trenggono meninggal di Pasuruan.
Dengan meninggalnya Sultan Trenggono, maka terjadilah perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen (saudara Trenggono) dengan Sunan Prawoto (putra Trenggono) dan Arya Penangsang (putra Sekar Sedolepen).
Perang saudara tersebut diakhiri oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yang dibantu oleh Ki Ageng Pemanahan, sehingga pada tahun 1568 Pangeran Hadiwijaya memindahkan pusat pemerintahan Demak ke Pajang. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Demak dan hal ini juga berarti bergesernya pusat pemerintahan dari pesisir ke pedalaman.
Dari penjelasan tersebut, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak uraian materi selanjutnya.

Kehidupan Ekonomi
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya, bahwa letak Demak sangat strategis di jalur perdagangan nusantara memungkinkan Demak berkembang sebagai kerajaan maritim.
Dalam kegiatan perdagangan, Demak berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil rempah di Indonesia bagian Timur dan penghasil rempah-rempah Indonesia bagian barat. Dengan demikian perdagangan Demak semakin berkembang. Dan hal ini juga didukung oleh penguasaan Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa.
Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikian kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi.

Kehidupan Sosial Budaya
Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada agama dan budaya Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam di pulau Jawa.
Sebagai pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Bonar.
Para wali tersebut memiliki peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak bahkan para wali tersebut menjadi penasehat bagi raja Demak. Dengan demikian terjalin hubungan yang erat antara raja/bangsawan – para wali/ulama dengan rakyat. Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di Masjid maupun Pondok Pesantren. Sehingga tercipta kebersamaan atau Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di antara orang-orang Islam).
Demikian pula dalam bidang budaya banyak hal yang menarik yang merupakan peninggalan dari kerajaan Demak. Salah satunya adalah Masjid Demak, di mana salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan-pecahan kayu yang disebut Soko Tatal. Masjid Demak dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah Sunan Kalijaga menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad saw) yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon.


4.wikipedia.org
Kesultanan Demak
Kesultanan Demak atau Kesultanan Demak Bintara adalah kesultanan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Kesultanan ini sebelumnya merupakan keadipatian (kadipaten) vazal dari kerajaan Majapahit, dan tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Kesultanan Demak tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan Kesultanan Demak beralih ke Kesultanan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Salah satu peninggalan bersejarah Kesultanan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang diperkirakan didirikan oleh para Walisongo. Lokasi ibukota Kesultanan Demak, yang pada masa itu masih dapat dilayari dari laut dan dinamakan Bintara, saat ini telah menjadi kota Demak di Jawa Tengah. Pada masa sultan ke-4 ibukota dipindahkan ke Cikal-bakal Demak
Pada saat kerajaan Majapahit mengalami masa surut, secara praktis wilayah-wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Wilayah-wilayah yang terbagi menjadi kadipaten-kadipaten tersebut saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Pada masa itu arus kekuasaan mengerucut pada dua adipati,yaitu Raden Patah dan Ki Ageng Pengging. Sementara Raden Patah mendapat dukungan dari Walisongo, Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syekh Siti Jenar.
Demak di bawah Pati Unus
Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kesultanan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Dengan adanya Portugis di Malaka, kehancuran pelabuhan-pelabuhan Nusantara tinggal menunggu waktu.
Demak di bawah Sultan Trenggono
Sultan Trenggono berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah Sultan Trenggono, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi menantu Sultan Trenggono. Sultan Trenggono meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto
Kemunduran Demak
Suksesi ke tangan Sunan Prawoto tidak berlangsung mulus. Ia ditentang oleh adik Sultan Trenggono, yaitu Pangeran Sekar Seda Lepen. Pangeran Sekar Seda Lepen akhirnya terbunuh. Pada tahun 1561 Sunan Prawoto beserta keluarganya "dihabisi" oleh suruhan Arya Penangsang, putera Pangeran Sekar Seda Lepen. Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta Demak. Suruhan Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri adipati Jepara, dan hal ini menyebabkan banyak adipati memusuhi Arya Penangsang.
Arya Penangsang akhirnya berhasil dibunuh dalam peperangan oleh pasukan Joko Tingkir, menantu Sunan Prawoto. Joko Tingkir memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang, dan di sana ia mendirikan Kesultanan Pajang.
5.Tripod.com
Kesultanan Demak
Kesultanan Demak, adalah kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Raden Patah (bergelar Alam Akbar Al Fattah) adalah putra Raja Majapahit Brawijaya, dengan ibu keturunan Champa (daerah yang sekarang adalah perbatasan Kamboja dan Vietnam). Saat itu pengaruh Majapahit telah memudar, dan wilayahnya hanya sebagian kecil Jawa Timur. Paden Patah meninggal tahun 1518, dan digantikan oleh menantunya, Pati Unus. Pada tahun 1521, Pati Unus memimpin penyerbuan ke Malaka melawan pendudukan Portugis. Pati Unus gugur dalam pertempuran ini, dan digantikan oleh adik iparnya, Sultan Trenggana.
Cikal Bakal Demak
Pada saat kerajaan Majapahit mengalami masa surut, Secara praktis wilayah - wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Wilayah - wilayah yang terbagi menjadi kadipaten - kadipaten tersebut salings erang saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Pada masa itu arus kekuasaan mengerucut pada dua adipati, yaitu Raden Patah dan Ki Ageng Pengging. Sementara Raden Patah mendapat dukungan dari Wali Sanga, Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syech Siti Jenar.
Demak di bawah Pati Unus
Demak dibawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Pati Unus adalah seorang rajayang memimpikan kembalinya kejayaan Majapahit melalui Demak. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai Kesultanan Maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Dengan adanya Portugis di Malaka, kehancuran pelabuhan -pelabuhan nusantara tinggal menunggu waktu.
Demak di bawah Sultan Trenggono
Sultan Trenggono berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah Sultan Trenggono, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi menantu Sultan Trenggono. Sultan Trenggono meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto

Kemunduran Demak
Suksesi ke tangan Sunan Prawoto tidak mulus; Sunan Prawoto ditentang oleh adik Sultan Trenggono, Pangeran Seda Lepen. Pangeran Seda Lepen terbunuh, dan akhirnya pada tahun 1561 Sunan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh suruhan Arya Penangsang, putera Pangeran Seda Lepen. Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta Demak. Suruhan Arya Penangsang juga membunuh Adipati Jepara, ini menyebabkan banyak adipati memusuhi Arya Penangsang.
Arya Penangsang akhirnya dihabisi oleh pasukan Joko Tingkir, menantu Sunan Prawoto. Joko tingkir memindahkan istana Demak ke Pajang, dan di sana ia mendirikan Kesultanan Pajang
6.Adeut.blogspot.com
2.KerajaanDemak
Demak pada masa sebelumnya sebagai suatu daerah yang dikenal dengan nama Bintoro
atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit.
Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja
Brawijaya V (Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit.
Dengan berkembangnya Islam di Demak, maka Demak dapat berkembang sebagai kota
dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa. Hal ini dijadikan kesempatan bagi
Demak untuk melepaskan diri dengan melakukan penyerangan terhadap Majapahit.
Setelah Majapahit hancur maka Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di pulau
Jawa dengan rajanya yaitu Raden Patah. Kerajaan Demak secara geografis terletak di
Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai Demak,
yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. (sekarang Laut Muria
sudah merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi).
Bintoro sebagai pusat kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana
Bergola adalah pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram
(Wangsa Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang
penting bagi kerajaan Demak.
7.Asianbrain.com
Kerajaan Demak
1) Raden Patah(±1500 -1518).
Pada awal 1500 seorang Bupati Demak yang memeluk agama Islam yaitu Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit. Dibantu para ulama Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak. Selanjutnya Demak berkembang menjadi pusat pengembangan agama Islam. Tahun 1511 hubungan Demak dengan Malaka terputus karena Malaka dikuasai Portugis. Tahun 1513 armada Demak dibawah pimpinan Pati Unus menyerang malaka tetapi gagal.

2) Pati Unus (1518 - l 521)
Pati Unus terkenal dengan sebutan pangeran sabrang Lor, hanya tiga tahun menjadi raja.

3) Sultan Trenggana (1521 - 1546)
Sultan Trenggana adalah menantu Pati Unus. Tahun 1522 mempercayai seorang ulama dari Pasai (Faletehan) untuk memimpin armada Demak merebut Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon dari Pajajaran.
Tahun 1546 Sultan Trenggana gugur dalam usahanya menaklukan Pasuruan. Setelah itu timbul perebutan kekuasaan antara Sunan Prawata (putra sulung Sultan Trenggana) dengan Pangeran Sekar (adik Sultan Trenggana). Sunan Prawata naik tahta setelah membunuh Pangeran Sekar, tak lama kemudian Sunan Prawata dibunuh oleh Arya Penangsang (anak Pangeran Sekar).

8.Susiyanto’s webblog
KESULTANAN DEMAK, PASCA KERUNTUHAN MAJAPAHIT
Dalam berbagai catatan mengenai keruntuhan Majapahit secara tertulis tidak ada sumber tertulis yang dapat memberikan jawaban tepat tentang waktunya. Babad Tanah Jawi menyebutkan Kerajaan Majapahit runtuh karena serangan Kerajaan Islam Demak pada 1478 Masehi atau 1400 saka. Dalam bahasa Jawa Kuno tahun 1400 tersebut biasa diperlambangkan dengan candra sengkala berbunyi “sirna ilang kertaning bumi” yang dapat diterjemahkan sebagai musnahnya kemakmuran dan keberadaan sebuah negeri. Sementara itu, prasasti-prasasti dan berita-berita asing memberi rambu-rambu runtuhnya Kerajaan Majapahit terjadi pada awal abad XVI Masehi. Serat Kanda dan Serat Darmogandul hanya memberitakan samar-samar tentang penaklukan Majapahit oleh Demak. Pada tahun 1478 Masehi, Bhre Kertabhumi gugur di Keraton Majapahit karena serangan dari Dyah Ranawijaya, anak Bhre Pandan Alas. Tahun itulah yang dijadikan pertanda hilangnya Majapahit, sirna ilang kertaning bumi.Versi lain menyebutkan bahwa pada tahun 1478 ini Dyah Kusuma Wardhani dan suaminya, Wikramawardhana, mengundurkan diri dari tahta Majapahit. Kemudian mereka digantikan oleh Suhita. Pada tahun 1479, Wirabumi, anak dari Hayam Wuruk, berusaha untuk menggulingkan kekuasaan sehingga pecah Perang Paregreg (1479-1484). Pemberontakan Wirabumi dapat dipadamkan namun karena hal itulah Majapahit menjadi lemah dan daerah-daerah kekuasaannya berusaha untuk memisahkan diri. Dengan demikian penyebab utama kemunduran Majapahit tersebut ditengarai disebabkan berbagai pemberontakan pasca pemerintahan Hayam Wuruk, melemahnya perekonomian, dan pengganti yang kurang cakap serta wibawa politik yang memudar.Pada saat kerajaan Majapahit mengalami masa surut, secara praktis wilayah-wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Wilayah-wilayah yang terbagi menjadi kadipaten-kadipaten tersebut saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Pada masa itu arus kekuasaan mengerucut pada dua adipati, yaitu Raden Patah dan Ki Ageng Pengging.Sementara Raden Patah mendapat dukungan dari Walisongo, Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syech Siti Jenar.Sehingga dengan demikian keruntuhan Majapahit pada masa itu dapat dikatakan tinggal menunggu waktu sebab sistem dan pondasi kerajaan telah mengalami pengeroposan dari dalam.
Kesultanan Demak adalah kesultanan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478.Demak pada masa sebelumnya merupakan suatu daerah yang dikenal dengan nama Bintoro atau Gelagah Wangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit. Kesultanan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai Demak, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. (sekarang Laut Muria sudah merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi). Bintoro sebagai pusat kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola adalah pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang penting bagi kerajaan Demak. Salah satu peninggalan bersejarah Kesultanan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang diperkirakan didirikan oleh para Walisongo. Lokasi ibukota Kesultanan Demak saat ini telah menjadi kota Demak di Jawa Tengah. Dengan berkembangnya Islam di Demak, maka Demak berkembang sebagai kota dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa.
Raja pertama Kesultanan Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja Brawijaya V (Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit. Raden Patah adalah menantu Malik Ibrahim, pengajar Islam di Jawa Timur yang juga dikenal dengan nama Raden Rahmat. Malik Ibrahim atau Raden Rahmat menikah dengan salah satu putri Majapahit dan dia kemudian dianugerahi Kadipaten Demak sebagai daerah kekuasaannya. Kemudian salah satu putri dari Malik Ibrahim menikah dengan Raden Patah. Pasca runtuhnya kerajaan Majapahit maka Raden Patah menggantikan kekuasaan ayahnya di Majapahit dan sekaligus mertuaya di Demak.Dengan demikian kekuasaan Raden Patah bukan hanya didasarkan sebagai strategi penyebaran Islam semata atau pun perebutan kekuasaan politik namun berdasarkan garis keturunan dia memiliki hak atas tahta Majapahit. Akan tetapi dalam versi lain, nama Malik Ibrahim juga dikenal sebagai nama asli Sunan Gresik yang telah wafat pada tahun 1419 dan tidak ditemukan catatan yang menyebutkan secara jelas bahwa dia pernah menjadi penguasa Demak.Selain itu nama Raden Rahmat juga merupakan nama lain dari Sunan Ampel.Dengan demikian tidak jelas apakah Malik Ibrahim yang menjadi mertua Raden Patah yang dimaksud di atas adalah sosok yang sama dengan Malik Ibrahim yang kemudian dikenal sebagai Sunan Gresik, salah satu sesepuh Walisongo. Maulana Malik Ibrahim yang terakhir ini juga dikenal sebagai “arsitek” berdirinya kerajaan Demak.
Kesultanan Demak mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan antar kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan Kesultanan Demak beralih ke Kesultanan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir.
Demak pada masa sebelumnya sebagai suatu daerah yang dikenal dengan nama Bintoro
atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit.
Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja
Brawijaya V (Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit. Dengan berkembangnya Islam di Demak, maka Demak dapat berkembang sebagai kota dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa. Hal ini dijadikan kesempatan bagi Demak untuk melepaskan diri dengan melakukan penyerangan terhadap Majapahit. Setelah Majapahit hancur maka Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya yaitu Raden Patah. Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai Demak, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. (sekarang Laut Muria sudah merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi). Bintoro sebagai pusat kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola adalah pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang penting bagi kerajaan Demak.
Candra sengkala adalah catatan angka tahun yang diwujudkan dan disimbolkan dengan sebuah kalimat. Dalam pengetahuan tentang candra sengkala, setiap kata dalam bahasa jawa memiliki makna yang dapat disimbolkan dengan watak angka. Misalnya watak angka satu diwakili oleh bumi, srengenge, rembulan, lintang, gusti, kawula, Allah, wutuh, bunder, wangun, nyata, wani, urip, dan anggota badan yang berjumlah satu seperti kepala, hati, ekor dan lain-lain. Watak angka dua diwakili oleh benda yang memiliki pasangan seperti penganten, kembar, mripat, kuping, tangan, swiwi, suku, sungut, bahu, pipi, alis. Juga diwakili oleh kata kerja (kriya) dari kata berwatak dua seperti miring, nembah, ndulu, mabur, mlampah. Watak angka tiga antara lain geni, urub, jurit, tandang, guna, putrid, estri, cacing. Watak angka empat antara lain banyu, segara, bening, suci, warna, keblat, jaman, penggawe, karya, kerta. Watak angka lima antara lain angin, gegaman, piranti, srana, tata, marga, dalan, pandhawa, buta, galak, bisikan, turu, alas. Watak angka enam antara lain rasa, pait, sekeca, manis, obah, oyag, retu, susah, cegah, uwit, mangsa, wayang, tawon, kombang. Watak angka tujuh antara lain pandhita, gunung, ardi, kapal, jaran, tunggang, ageng, swara, tembung, wulang, suka, bungah. Watak angka delapan antara lain gajah, esthi, naga, sawer, baya, slira, cecak, taksaka. Watak angka Sembilan antara lain bolongan, lawang, gapura, gua, terus, dewa, sanga, manjing, seneng, nrima, rai, ganda. Watak angka sepuluh atau nol antara lain suwung, kothong, sirna, ilang, pati, rusak, lunga, tanpa, langit, mumbul, muluk, dhuwur, antara, adoh. (Lihat. Mugiyana,. et. all. Mardi Basa lan Sastra. Jilid III. (Tiga Serangkai, Surakarta, 1987). Hal. 30-31)
Syekh Siti Jenar merupakan tokoh kontrovesial yang eksistensinya sebagai sosok historis masih dipertanyakan. Nmaun demikian sejumlah pendapat menyatakan bahwa dia bertanggung jawab atas penyebaran ajaran syi’ah dan sekaligus paham wihdatul wujud di Pulau Jawa. Menurut salah satu sumber dia memiliki nama asli Syeh Jabaranta dan pernah tinggal lama di Persia. (Lihat MB. Rahimsyah. Legenda dan Sejarah Lengkap Wali Songo. (Amanah, Surabaya). Sumber lain menyatakan bahwa Demak berdiri setelah kekuasaan Majapahit jatuh pada tahun 1527. (Lihat H. Soekama Karya. Ibid. Hal. 364). Selain itu rujukan lainnya menyatakan bahwa Majapahit runtuh sekitar tahun 1521 dan pada saat itulah Raden Patah menggantikan ayahnya dan bertahta di Demak. (Lihat. R. Soegondo. Ilmu Bumi Militer Indonesia. Jilid II. (Pembimbing, Jakarta, 1954). Hal. 205).
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-11 dari Husain bin Ali, juga disebut sebagai Sunan Gresik, atau terkadang Syekh Maghribi dan Makdum Ibrahim As-Samarqandy. Maulana Malik Ibrahim diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarqandy, berubah menjadi Asmarakandi. Sebagian cerita rakyat, ada pula yang menyebutnya dengan panggilan Kakek Bantal. Maulana Malik Ibrahim adalah wali pertama yang membawakan Islam di tanah Jawa. Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan yang tersisihkan dalam masyarakat Jawa di akhir kekuasaan Majapahit. Misinya ialah mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Pada tahun 1419, setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.









9.Swaramuslim.com
Demak
Di paruh awal abad ke 16, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa tenteram dan damai dalam ayoman Kesultanan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah atau Raden Patah. Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya, setelah mengakhiri masa Syiwa-Budha serta animisme. Mereka pun memiliki kepastian hidup, bukan karena wibawa dan perbawa Sang Sultan. Kepastian hidup ada karena disangga daulat hukum. Dan kepastian daulat hukum Kesultanan Demak Bintoro kala itu, berpijak pada syariah Islam.

“Salokantara” dan “Jugul Muda”. Itulah dua kitab Undang-undang Demak yang menurut budayawan WS Rendra dalam sebuah orasi budaya “Megatruh”, punya landasan syariah Islam. Di hadapan peraturan negeri pengganti Majapahit itu, semua manusia sama derajatnya, sama-sama khalifah Allah di dunia. Sultan-sultan Demak sadar dan ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para wali. Rakyat bukanlah abdi atau kawula sebagaimana di masa berikutnya, rezim Mataram. Sejak abad ke-17, rakyat kembali menjadi abdi, sebab kekuasaan begitu sentralistik. Malah, para raja rela ber-sembah sungkem kepada penjajah londo. Dan, syariat Islam pun hanya dijalankan setengah-setengah hingga kini, ketika para “penguasa” Jawa memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sayang memang, Demak hanya bertahan sampai umur 65 tahun. Keberadaannya sebagai kerajaan dengan dasar Islam telah tercatat dalam sejarah. Dipegang-teguhnya syariat Islam sebagai pedoman hidup seluruh isi negeri Demak tak lepas dari perjuangan para ulama. Bahkan, dalam pengelolaan kesultanan, para ulama itu berperan sebagai tim kabinet (kayanakan) sultan. Para ulama itulah yang tiga abad kemudian dikenal dengan sebutan Walisanga, wali sembilan.

Nama Walisanga begitu dekat dengan umat Islam, khususnya di Jawa. Ia menjelma dalam hikayat di alam pikiran orang kebanyakan. Berbagai karya dalam bentuk tulisan, gambar, bahkan film berusaha menghidupkannya kembali. Tak ayal lagi, anak sekolah dasar pun begitu hapal sembilan tokoh dan kisah Walisanga. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim (1), Sunan Ampel (2), Sunan Giri (3), Sunan Bonang (4), Sunan Kalijaga (5), Sunan Gunung Jati (6), Sunan Kudus (7), Sunan Muria (8) serta Sunan Derajat (9). Akan tetapi, menurut Kitab Walisana karya Sunan Giri II (Anak Sunan Giri), jumlah mereka bukan sembilan orang, tapi delapan orang. Sumber kuno tersebut memuat ihwal kehidupan para ulama penyebar Islam di Jawa dan kiprah dakwahnya. Nama Walisana yang menjadi nama judul kitab tersebut tidak mengacu bilangan sembilan. Dikatakan juga, selain delapan wali tersebut terdapat ribuan wali lainnya.

Walisanga ditulis dalam Serat Walisanga karya pujangga Mataram RM Ng Ranggawarsita pada abad 19 sebagai walisanga, wali sembilan. Kemudian muncul pelurusan, atau lebih tepatnya penafsiran ulang. Sebagian berpendapat, kata sanga (baca: songo) merupakan perubahan dari kata tsana (mulia, Arab). Maka, walisana berarti wali-wali mulia atau terpuji. Yang lainnya melihat kata sana diambil dari bahasa Jawa kuno yang berarti tempat. Karenanya, walisana berarti wali atau kepala suatu tempat atau daerah. Namun kebanyakan pakar sepakat, bahwa Walisanga merupakan kumpulan ulama dengan dakwah yang bertujuan menegakkan agama Allah.

Walisanga dalam berbagai tulisan acapkali diidentikan sebagai para sufi pengembang ajaran tasawuf semata. Bahkan, babad-babad yang lahir di masa Mataram banyak melukiskan Walisanga adalah para tokoh keramat dan digdaya. Hingga wafat sekalipun, mereka tetap menjadi sumber berkah. Namun, jika menengok karya-karya, ajaran, dan kinerja dakwahnya, kumpulan wali (selanjutnya disebut ulama) itu menebarkan syariat Islam dalam berbagai segi kehidupan. Kesultanan Islam Demak Bintoro beserta perangkat konstitusinya bisa dikatakan sebagai puncak karya dan pengabdian mereka. Semua itu hasil perjuangan berpuluh-puluh tahun para ulama dalam mendakwahkan syariat Islam di wilayah kerajaan Majapahit yang sudah rapuh.

Isyarat kuat bahwa mereka penyebar syariat bisa ditengok dari Primbon karya Sunan Bonang. Ajaran Bonang bisa mewakili watak dakwah Walisanga. Dari kitab itu bisa ditetapkan, Walisanga termasuk dalam aliran Ahlus Sunnah yang tegas dan konsekuen menentang bid’ah dan dhalalah (sesat). Ajaran Bonang menolak konsep emanasi, panteisme atau wihdatul wujud yang berintikan kesatuan Khalik dan hambanya. Mereka juga penganut tasawuf sunni-nya al-Ghazali dan Abu Syalimi, yang menyelaraskan fiqh syara’ dengan tasawuf. Alasan mereka, kalau orang belajar tasawuf tanpa dimulai dari fiqh, besar kemungkinan ia akan menjadi zindiq (inkar), mendekati Allah dengan meninggalkan syariat. Al-Ghazali dengan Ihya Ulumudin-nya memang menjadi acuan pengembangan tasawuf di masa itu. Adapun tasawuf ekstrem di masa Walisanga tak mendapat tempat. Terlepas dari kebenaran sejarah, Walisanga telah membuktikan komitmennya pada tauhid dan syariah Islam dengan kisah diqishasnya Syekh Siti Jenar. Ia dihukum karena dianggap telah mengembangkan ajaran manunggaling kawula-gusti (wihdatul wujud) yang meresahkan masyarakat di saat para ulama mempersiapkan berdirinya Kesultanan Demak. Para wali menghukumnya setelah melalui musyawarah dan memiliki lembaga pengadilan.

Dalam mempersiapkan lembaga-lembaga negara, para ulama melakukan pembagian tugas. Masing-masing ulama bertugas merumuskan aturan penyelenggaraan negara sesuai syariat Islam. Sunan Ampel dan Sunan Giri didukung lembaga penyokongnya menyiapkan aturan soal perdata, adat-istiadat, pernikahan dan muamalah lainnya. Dibantu pemuda Ja’far Shodiq (Sunan Kudus), mereka menyiapkan aturan jinayat dan siyasah (kriminal dan politik). Di dalamnya terkandung hukum untuk imamah, qishas, ta’dzir termasuk perkara zina dan aniaya, jihad, perburuhan, perbudakan, makanan sampai masalah bid’ah.

Jauh sebelum Kesultanan Demak betul-betul siap didirikan, para ulama telah mempersiapkan masyarakat dengan dakwah. Tidak saja mumpuni dalam berdakwah, Walisanga menunjukkan keahlian politik, sosial dan budaya yang baik. Jika dikilas balik, berikut gambaran sepak terjang Walisanga yang terkait erat dengan dinamika Kerajaan Majapahit.

Sekitar 1445 M, Raden Rahmatullah atau sunan Ampel dari Campa bersama dua saudaranya, Ali Murtadlo dan Abu Hurairah datang ke Jawa. Raja Majapahit, Sri Kertawijaya dan istrinya, Dwarawati yang juga bibi Rahmat menyambutnya selayaknya keluarga keraton. Lalu, Sang raja berkenan menghadiahkan tanah perdikan kepada Rahmat di Ampel Denta. Di sanalah, Rahmat mengembangkan pesantren dan pusat keilmuan untuk pembinaan budi bangsawan dan rakyat Majapahit yang sedang merosot. Konsep lembaga warisan Maulana Malik Ibrahim itupun kemudian menghasilkan kader-kader dakwah yang handal. Dalam waktu singkat, Rahmat bisa mengembangkan basis-basis Islam di beberapa kadipaten.

Beberapa tahun kemudian, Sri Kertawijaya dikudeta oleh Rajasawardhana sebagai raja. Perkembangan Islam tak disukai raja baru itu. Rahmatpun menyusun strategi baru dengan menyebar para ulama ke delapan titik. Kala itu Majapahit tinggal tersisa sembilan kadipaten. Tim dakwah yang delapan itu dinamakannya “Bhayangkare Ishlah”. Mereka adalah Sunan Ampel sendiri, Raden Ali Murtadho, Abu Hurairah, Syekh Yakub, Maulana Abdullah, Kiai Banh Tong, Khalif Husayn dan Usman Haji. Kader santri pun giliran menggantikan beberapa posisi ulama. Di antara mereka adalah Raden Hasan yang kelak menjadi Sultan Demak.

Dalam sebuah versi, dewan Walisanga dibentuk sekitar 1474 M oleh Raden Rahmat membawahi Raden Hasan, Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Qosim (Sunan Drajad), Usman Haji (ayah Sunan Kudus), Raden Ainul Yaqin (Sunan Gresik), Syekh Suta Maharaja, Raden Hamzah dan Raden Mahmud. Beberapa tahun kemudian, Syarif Hidayatullah dari Cirebon bergabung di dalamnya. Sunan Kalijaga dipercaya para wali sebagai mubalig keliling. Di samping wali-wali tersebut, masih banyak ulama yang dakwahnya satu koordinasi dengan Sunan Ampel yang bertugas sebagai seorang mufti tanah Jawi. Hanya saja, sembilan tokoh Walisanga yang dikenal selama ini memang memiliki peran dan karya menonjol dalam dakwah maupun dalam proses ketatanegaraan Demak. Berikut lima wali di antaranya.

Maulana Malik Ibrahim.
Ia dianggap pelopor penyebaran Islam para wali di Jawa. Memulai dari desa Leran Gresik, ia bergumul dengan rakyat kecil sebagai petani. Keahlian bercocok tanam membuat rakyat sekitar tertarik untuk berguru tani. Ia juga dipercaya ahli tata negara yang dikagumi kalangan bangsawan. Ibrahim pula yang dikenal sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren.

Raden Ali Rahmatullah
Alias Sunan Ampel. Sang mufti dari negeri Campa ini mengajarkan Islam secara lurus. Dalam mengajarkan Islam, ia tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Istilah pesantren dan santri diyakini pertama kali digunakan oleh Sunan Ampel. Wejangan terkenalnya mo limo yang intinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak di masa Majapahit.

Raden Ainul Yaqin
Atau Raden Paku atau Sunan Giri. Ia anak Syekh Yakub bin Maulana Ishak. Ia diyakini sebagai tokoh fakih dan menguasai ilmu falak (perbintangan). Di masa menjelang keruntuhan Majapahit, Paku dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Fatah naik menjadi Sultan Demak. Ia diberi gelar Prabu Satmata, Ratu Tunggul Kalifatullah Mukminin. Ketika Sunan Ampel wafat, Sunan Giri menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa. Pesantren Giri hingga di masa Mataram menjadi Giri Kedaton yang selalu diminta untuk merestui raja-raja di sebagian wilayah Nusantara. Catatan Portugis dan Belanda di Ambon menyebut, Sunan Giri (dan pelanjutnya) sama dengan Paus di Roma yang memberkati para kepala negeri sebelum naik takhta. Termasuk di dalamnya para sultan Islam di Maluku, Hitu dan Ternate. Dengan demikian, Giri merupakan wujud lembaga kekuasaan tersendiri, meski lebih sebagai lembaga berwenang dalam soal keagamaan saja.

Raden Makhdum Ibrahim
Atau Sunan Bonang. Ia putra sulung Sunan Ampel yang karya-karya tertulisnya terdokumentasikan hingga kini. Di antaranya Suluk Bonang, Primbon I dan Primbon II. Dari tulisan-tulisan Bonang, bisa dibaca watak dakwah para wali, sekaligus pedoman fikih umat Islam.

Raden Syahid
Atau Sunan Kalijaga. Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam seperti tembang-tembang macapat (wali lain juga turut mencipta), baju takwa, tata kota Islami, serta gong Sekaten (Syahadat ain) di Solo dan Yogya. Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya. Karena, wayang beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tak sesuai ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari bentuk manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqh yang dilakukan Sunan Kalijaga dalam upaya dakwahnya.

Syarif Hidayatullah
Atau Sunan Gunung Jati. Nama ini acapkali dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki kesultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai Banten. Ia adalah salah satu pembuat soko guru Masjid Demak selain Sunan Ampel, Kalijaga dan Bonang. Keberadaan Syarif berikut kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja, Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.n (Hery D. Kurniawan/Sabili).

10.JOWO.LW.LT
KERAJAAN DEMAK

Kerajaan Kerajaan Demak Kerajaan Islam pertama di P. Jawa. Pada awalnya merupakan Daerah Kadipaten/vasal dari Majapahit ? 1500 Demak mulai berkembang. Terletak di Jawa Tengah ? Dekat dengan Wilayah Muria Sekarang. Sebelumnya bernama Bintoro ? Pusat dari Kerajaan Demak awal. Menjadi penghubung perdangangan Barat dengan Timur Indonesia.
Kehidupan Kehidupan Politik Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis ? posisi demak sebagai pusat penyebaran Islam menjadi semakin penting. Raja-raja yang membawa pengaruh besar bagi perkembangan Demak ? Kerajaan Islam:
O Raden Patah
O Adipati Unus
O Sultan Trenggana

Raden Raden Patah
Keturunan Raja Majapahit,Raja Brawijaya V Memiliki Gelar Sultan Akbar al-Fatah Memerintah tahun 1500-1518M Pemerintahan pada faktor Pertanian yang mendorong kejayaan Demak Demak menjadi kerajaan agraris-maritim Wilayah kekuasaannya; Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di kalimantan
Memiliki pelabuhan transito Demak menjadi pusat perdagangan dan
penyebaran agama Islam Pembangunan Masjid Demak 1513 Demak menyerang Portugis

Adipati Adipati Unus
Masa pemerintahan 1518-1521 M Mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor Pemerintahannya berwawasan Nusantara Pati Unus memiliki visi menjadikan Demak sebagai kesultanan Maritim yang besar. Demak terancam dengan adanya portugis di
Malaka. Kehancuran pelabuhan nusantara tinggal
menunggu waktu

Sultan TrenggSultan Trenggana
Memerintah pada 1521-1546 Demak mengalami masa kejayaan Terjadi perluasan wilayah;Banten,Sunda Kelapa,danCirebon dibawah pimpinanFatahillah. Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527. Sultan Trenggono wafat, wilayah beralih ke
Pajang. Raja yang berkuasa: Sultan Hadi Wijaya (Joko
Tingkir/ Mas Karebet) Sesudah Hadiwijaya mangkat kerajaan pindah
ke Mataram

Kehidupan EkonomKehidupan Ekonomi
Pesisir utara pulau jawa ? pelabuhan-pelabuhan penting. Komoditi pertanian menjadi salah satu hasil ekspor yang penting. Tempat tujuan ekspor komoditi tersebut adalah
Malaka.

Kehidupan Sosial Kehidupan Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya masyarakat Demak Agama dan Budaya Islam.
Dema tempat berkumpulnya para Wali
Sanga.
Sunan Maulana Malik Ibrahim (S. Gresik
Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunan Giri (Raden Paku)
Sunan Bonang (Raden Makhdun Ibrahim)
Sunan Drajat (Raden Kosim Syarifuddin)
Antonius/Sejarah/CC 11
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Kudus ( Raden Jafar Sadiq)
Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)
Sunan Muria (Raden Said)
Pendirian Mesjid dan pesantren ? Mesjid Demak
.





11.Komunitasmuslim.com


Masjid Agung Demak


Masjid Agung Demak adalah sebuah mesjid yang tertua di Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.
Masjid Agung Demak adalah sebuah mesjid yang tertua di Indonesia. Masjid ini terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak

Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit.

Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar